Sajak Di Antara Dua Kota"
(untuk Windy dan sahabat-sahabat dari Jember)
Dari Jember pagi-pagi mereka berangkat,
membawa rindu dan setangkai doa yang belum sempat.
Delapan sahabat, delapan cahaya,
datang sebagai utusan cinta
untuk jiwa yang telah berpulang dengan senyap.
Mereka tak membawa suara gaduh,
hanya ketulusan yang tak bisa dibungkus kata.
Kembang setaman dibawa serta,
bukan hanya untuk menghias tanah merah,
tapi sebagai lambang:
sahabatmu tak pernah pergi dari hatinya mereka.
Rumahmu kini sunyi,
tapi langkah mereka menorehkan jejak:
bahwa hidup bukan hanya milik yang bernyawa,
tapi juga milik kenangan yang kekal dalam setia.
Di antara dua kota,
ada jalan panjang bernama persahabatan.
Ada tangis, ada tawa yang pernah kalian ciptakan—
kini abadi dalam diam.
Windy,
mereka telah datang,
menyentuh hatimu dengan ziarah yang tak terlihat.
Karena persahabatan sejati,
tak mengenal batas kota,
tak dikubur bersama jasad—
ia hidup dalam doa yang terus dilafazkan
oleh mereka yang mencintaimu,
hingga kelak, kalian kembali berkumpul
di kota yang tak pernah memisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar