Jumat, 23 Mei 2025

Anjungan Tunai dan Hati yang Gusar

 oleh Fian Amrullah Darmawan



Aku berdiri di depan mesin,

lampunya terang seperti menyorot isi dadaku.

Kupencet angka-angka

dengan jari yang sedikit gemetar,

bukan karena takut salah,

tapi karena takut kecewa.


Enam belas juta sekian.

Itu angka yang muncul—

seolah menertawakan mimpi yang terlalu tinggi

untuk seorang laki-laki biasa.


Aku terdiam lama.

Bertanya dalam hati:

“Dengan angka ini...

apa aku pantas datang ke ayahmu

membawa niat yang tulus tapi tak cukup?”


Kepalaku penuh hitung-hitungan,

tapi hatiku hanya dipenuhi satu hal:

kamu.


Bukan tentang pesta,

bukan soal gaun atau gedung megah,

tapi tentang ketulusan

yang ingin kupeluk erat dalam akad.


Tapi dunia tak selamanya mengerti ketulusan.

Ia butuh bukti,

dan kadang, bukti itu harus bisa dicairkan di mesin ATM.


Jadi aku pulang—

membawa langkah yang berat,

tapi membawa niat yang tetap utuh.


Karena mahar terbaik dari lelaki biasa

adalah kesungguhan

yang tak tercetak dalam struk,

tapi tercatat di langit

sebagai cinta yang jujur dan sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem relatifitas waktu

 Cara kerja berfikir otak manusia dibagi dua yaitu cara berfikir cepat dan cara berfikir lambat " Ini saya dah pernah dipublikasikan ol...