"Lidah Hawiyah"
Bara itu menyala dalam sunyi,
Menjilat batang kayu dengan lidah api.
Asap naik, membawa getir,
Seperti dosa yang dulu kita biarkan mengalir.
Inilah lidah Hawiyah—tak bersajak, tak bernada,
Namun tiap jilatan, adalah murka yang nyata.
Jika air mata tak cukup memadamkannya,
Apa yang bisa? Jika bukan taubat yang bersisa.
Dunia kadang seperti tungku yang panas,
Kita terlena, menari di atas bara tanpa batas.
Namun kelak, jika tak kembali,
Kita jatuh ke dalam peluknya, abadi.
Jangan biarkan api ini menjadi akhir,
Padamkanlah dengan dzikir yang
tak berakhir.
Karena neraka bukan hanya dongeng tua,
Ia nyata, menanti jiwa-jiwa yang lupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar