Aku pernah bertanya:
Mengapa hidup tak selalu berjalan
seperti yang aku minta?
Tapi kini kutahu—
aku bukan penulis,
aku hanya pembaca
dari takdir yang sudah tercatat
sebelum aku dilahirkan.
Segala yang hilang dariku
bukan karena lupa,
tapi karena Allah sedang mengganti.
Segala yang datang padaku
bukan karena aku pantas,
tapi karena Allah sedang memberi.
Aku hamba,
dan hamba itu tidak memiliki—
bahkan dirinya sendiri.
Yang ada padaku hanyalah amanah,
yang bisa diambil kapan saja
tanpa pemberitahuan.
Maka aku belajar diam.
Menerima bukan berarti menyerah,
tapi pasrah pada kehendak
yang pasti lebih bijak
dari segala rencana manusia.
Takdir bukan musuh,
ia adalah undangan
untuk bersujud lebih dalam.
Dan dalam sujud itulah,
aku merasa paling hidup—
karena aku tahu,
aku bukan siapa-siapa,
kecuali seorang hamba
yang sedang pulang
ke jalan Tuhan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar