Awalnya hanya kagum,
sekilas pandang yang kuanggap akan hilang.
Namun nyatanya,
namamu menetap lebih lama
dari yang seharusnya.
Tak ada perkenalan,
tak ada obrolan,
hanya jarak dan waktu
yang tak henti menuliskanmu
di benak yang tak pernah selesai bertanya:
“Kenapa harus dia?”
Aku takut bicara,
karena suaraku mungkin tak akan kau dengar.
Aku takut berharap,
karena langkahku mungkin tak cukup megah untuk bersanding denganmu.
Jadi kutitipkan saja namamu
pada tiap sujud panjang dan pagi yang tenang.
Kuhafalkan wajahmu dalam doa,
bukan agar kau jadi milikku,
tapi agar hatiku tetap tenang
meski kau tak pernah tahu namaku.
Jika suatu hari semesta mengizinkan,
biarlah doa itu menjelma pertemuan.
Namun jika tidak,
biarlah ia tetap tinggal di langit
sebagai cinta yang tak pernah menuntut,
hanya menitipkan namamu
pada Tuhan yang tahu segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar