Langit yang Tak Menjawab, Tapi Mengerti
Aku pernah berteriak dalam doa,
sekeras badai yang menumbangkan malam.
Meminta—mungkin memaksa—
agar langit bicara,
agar Tuhan menjawab.
Namun yang datang justru sunyi,
yang tinggal hanya sepi.
Langit tetap biru tanpa pesan,
dan bumi tak berubah arah.
Aku kira itu diam.
Aku sangka itu abai.
Tapi ternyata…
itulah bentuk paling lembut dari kasih sayang-Nya.
Sebab tak semua luka butuh jawaban,
kadang cukup dimengerti.
Dan Tuhan, meski tak menjawab dalam kata,
mengatur daun jatuh
untuk menghibur jiwaku.
Mengirim angin
untuk menyeka air mataku.
Kini aku tahu,
langit yang tak menjawab,
tetap mengerti hatiku yang retak.
Bukan tak peduli,
hanya ingin aku bertumbuh
bukan dari jawaban,
tapi dari keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar