Telah kutempuh malam demi malam,
seribu langkah dalam senyap,
mengusung harap di punggung luka,
menyulam masa depan dengan benang doa.
Aku datang padamu,
bukan hanya membawa cinta,
tapi juga peluh dan cita,
yang kusematkan pada detak waktu
dan keteguhan seorang pria
yang belum mapan, tapi tak pernah goyah.
Ibumu menatapku dengan tanya,
tentang modal, tentang arah.
Kupaparkan kerja, niat, dan langit yang kutatap—
sebagai saksi, bahwa aku bukan pengkhayal,
aku pejuang yang diam-diam tumbuh.
Namun pagi ini,
kau kirimkan kalimat penutup yang dingin:
“Kita berbeda visi dan misi.”
Luruhlah satu musim yang kutanam,
gugur sebelum sempat berbunga.
Tapi aku tak menyesal.
Cinta yang tulus tak pernah rugi.
Dan perjuangan yang benar tak pernah usang.
Aku akan tetap berjalan,
menjadi versi terbaik dari diriku,
bukan agar dikenang—
tapi agar layak dirindukan.
Jika suatu saat kau menoleh,
dan melihat kembali ke jalan ini,
ingatlah:
pernah ada lelaki yang datang dengan cinta dan data juang"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar