oleh Fian Amrullah Darmawan
Kadang dalam gelap yang sunyi,
aku berdoa tak seperti penyair,
tapi seperti hamba yang kehilangan kata
kecuali satu:
"Tolong."
Ya Tuhanku...
jangan permalukan aku
di hadapan perempuan yang kucintai.
Jangan biarkan matanya kecewa,
karena aku tak cukup dunia
untuk membungkus niat yang tulus ini.
Aku memohon,
bukakan pintu langit selebar-lebarnya—
agar rezeki turun seperti hujan
yang tak hanya membasahi tanah,
tapi menyuburkan harapan kami.
Bukakan perut bumi,
agar dari dalamnya muncul jalan-jalan yang tak kusangka.
Dari arah manapun—
utara, selatan, barat, timur,
biarlah datang berkah
yang tak hanya menghidupi,
tapi juga menyatukan.
Aku tak pernah meminta wanita itu datang
dengan cinta yang instan,
aku hanya ingin,
jika waktunya tiba,
aku bisa menjemputnya
bukan dengan tangan kosong,
tapi dengan jiwa penuh kesungguhan.
Karena aku tahu,
doa dari lelaki biasa
mungkin tak mengguncang langit,
tapi bisa mengetuk hati Tuhan
yang Maha Tahu—
bahwa ini bukan soal cinta semata,
tapi soal niat
u
ntuk membangun hidup bersama
dalam ridha-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar