oleh Fian Amrullah Darmawan
Tak ada yang tahu,
betapa lama aku menunggu,
dalam diam yang bahkan tak tercatat di kalender
atau dirayakan di momen-momen manis.
Kesabaran ini…
bukan sekadar menunda keinginan,
tapi melatih hati agar tak merusak harapan
dengan paksaan.
Aku tak bisa menyuguhkanmu emas berkilau,
tapi aku menyimpan sabar
yang setiap hari kutumbuhkan,
seperti menanam pohon di tanah gersang—
tak langsung terlihat,
tapi mengakar pelan-pelan.
Setiap kali ingin menyerah,
aku ingat:
ini bukan tentang seberapa cepat aku sampai,
tapi tentang apakah aku layak saat sampai nanti.
Kesabaran adalah mahar
yang tak dibungkus kotak perhiasan,
tapi terjaga di dalam dada
yang tak pernah berhenti berharap.
Dan jika kelak aku datang,
dengan tangan yang tak membawa dunia,
tapi hati yang penuh luka yang telah kupeluk dan kusembuhkan—
kau tahu, itu bukan kekalahan.
Itulah persembahan paling jujur
dari seorang laki-laki biasa
yang belajar menjadi luar biasa
karena mencintaimu dalam diam yang sabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar