oleh Fian Amrullah Darmawan
Rindu ini bukan sekadar rasa,
ia adalah arah.
Seperti jarum kompas yang selalu menunjukmu,
meski badai menghantam,
meski jarak berubah menjadi dinding yang tinggi.
Aku tidak memaksa untuk bertemu,
karena cinta yang dipaksa
akan gugur seperti bunga sebelum mekar.
Tapi aku takkan diam—
karena rindu yang hanya disimpan
bisa membusuk jadi luka.
Maka aku memilih langkah,
meski tertatih.
Aku memilih sabar,
meski hari-hari terasa sepi.
Aku memilih berjuang,
meski dunia bilang aku terlalu biasa untuk mimpi sebesar dirimu.
Aku tahu,
mungkin kau tak tahu aku sedang menuju.
Tapi biarlah semesta yang mencatat
bahwa ada satu lelaki
yang tidak menjadikan rindu sebagai alasan meratap,
tapi sebagai semangat untuk bangkit setiap pagi
dan memperbaiki dirinya—
agar kelak saat takdir mengizinkan,
aku bisa menemuimu
bukan sebagai bayangan,
tapi sebagai kenyataan.
Karena bagiku,
rindu yang sejati tak harus selalu berte
mu,
tapi harus selalu diperjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar