Sabtu, 03 Mei 2025

Fatwa langit 5

 Aku, Takdir, dan Titik Koma



Pernah aku ingin meletakkan titik,

menutup kalimat hidup

yang terasa terlalu berat dibaca.


Aku kira ini akhir,

aku kira tak ada lagi halaman selanjutnya.

Karena apa yang kutulis

hanya luka,

kekosongan,

dan kehilangan.


Tapi Tuhan meletakkan titik koma.

Bukan titik.

Tanda kecil yang nyaris tak terlihat,

namun cukup kuat untuk berkata:

“Kau belum selesai.”


Ia menyelipkan nafas baru

di antara sisa air mata,

membiarkan aku istirahat sejenak

tanpa harus menyerah sepenuhnya.


Dan di situ aku belajar:

bahwa takdir bukan selalu tentang akhir,

kadang ia hanya jeda—

untuk memberi ruang pada jiwa

yang hampir patah

untuk tumbuh lagi.


Titik koma itu adalah kasih-Nya,

yang tahu kapan aku butuh rehat,

bukan selamat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem relatifitas waktu

 Cara kerja berfikir otak manusia dibagi dua yaitu cara berfikir cepat dan cara berfikir lambat " Ini saya dah pernah dipublikasikan ol...