oleh: Fian Amrullah Darmawan
Aku pernah menulis surat,
tanpa nama penerima,
tanpa alamat yang kutahu benar.
Tapi isinya jelas:
tentangmu.
Kata demi kata kubangun
dari gundah yang tak sempat kusampaikan.
Dari rindu yang tak punya kaki
untuk berjalan sampai ke pelukmu.
Di dalamnya,
kutulis bagaimana tatapanmu
membuat hari-hariku lebih hidup dari biasanya.
Kuceritakan tentang degup yang selalu berubah ritme
setiap aku melihatmu dari kejauhan.
Tapi surat itu tak pernah kukirim.
Bukan karena tak sempat,
tapi karena aku sadar—
ada rasa yang cukup tumbuh dalam sunyi.
Ada cinta yang hanya ingin melihatmu bahagia,
bukan memilikinya.
Surat itu kusimpan,
bersama mimpi-mimpi kecil yang kugoreskan diam-diam.
Mungkin suatu hari akan kau temukan,
atau mungkin tidak pernah.
Dan itu tak mengapa.
Karena yang kutulis bukan untuk dibaca,
tapi untuk melegakan dada—
bahwa mencintaimu
pernah membuatku merasa cukup,
meski hanya lewat kata
yang tak pernah sampai padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar