Ketika Doa Tidak Mengubah Takdir
Aku bersimpuh malam-malam,
melafazkan pinta yang sama,
berharap langit mendengar
dan bumi berubah arah.
Aku menangis—bukan karena tak percaya,
tapi karena berharap takdir bisa ditawar
dengan air mata yang jatuh dalam diam.
Namun pagi tetap datang,
dengan jawab yang berbeda:
bukan kesembuhan,
bukan keajaiban,
bukan apa yang kupinta—
tapi kekuatan untuk menerima.
Maka aku paham,
bahwa doa bukan kunci yang membelokkan garis-Nya,
tapi jendela kecil
yang membuka cahaya
untuk melihat dengan hati,
bukan dengan ingin.
Ternyata, ketika doa tidak mengubah takdir,
ia sedang mengubah aku—
dari yang memaksa
menjadi yang berserah.
Dan di situlah aku mulai mengerti:
bahwa Tuhan lebih ingin
menyembuhkan jiwaku,
daripada hanya menyelamatkan keinginanku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar