Fian Amrullah Darmawan
Cukup,
rasa syukurku sajalah yang menjelma doa
dan sabarku — meski sering bocor — jadi aminnya.
Terlalu banyak sudah yang Kau beri,
sementara aku masih berkutat
dalam lumpur dosa yang tak pernah benar-benar kering.
Aku malu,
seperti pengemis yang sudah kenyang
tapi masih menadahkan tangan
minta lauk tambahan pada Tuan yang tak pernah menolak.
Kadang,
aku ingin ajukan permintaan —
daftar panjang harapan,
seperti ibu-ibu kalap di pasar modern,
isi troli penuh,
tagihan di kasir membuat malaikat mencatat sambil geleng-geleng kepala.
Tuhan,
tak lelahkah Kau mendengarku,
padahal aku sendiri jarang benar-benar mendengarMu?
Maka biarlah diamku malam ini jadi zikir,
dan rasa malu ini,
semoga Kau pahami —
sebagai cinta dalam bentuk yang paling jujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar