oleh Fian Amrullah Darmawan
Di saat dunia terlelap,
dan suara pun enggan bernyanyi,
aku terjaga—bukan karena gelisah,
tapi karena rindu yang kupeluk dalam doa.
Aku tak pernah menyapamu dengan rayuan,
tapi setiap sepertiga malam
namamu kuselipkan pelan
di antara zikir dan tangis yang kusembunyikan.
Tuhanku,
jika Engkau izinkan aku mencintainya,
maka cukupkanlah langkahku untuk menjemputnya.
Jika tidak,
tenangkan aku dalam kerelaan,
dan kuatkan aku agar tidak menghancurkan dirinya
dengan keinginan yang tak Kau ridai.
Aku tak tahu bagaimana takdir akan berpihak,
tapi aku tahu,
tak ada cinta yang lebih luhur
selain yang disampaikan dalam diam kepada-Mu.
Aku menyebut namanya,
bukan agar dia segera datang,
tapi agar aku menjadi pribadi yang pantas
menjadi tempa
t dia berlabuh dengan tenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar