oleh Fian Amrullah Darmawan
Jika harus merangkak di antara luka dan letih,
maka akan kulakukan—
asalkan langkahku berakhir
di hadapan keluargamu,
membawa niat yang tak pernah goyah
sejak pertama namamu tinggal di dadaku.
Aku bukan pangeran dengan kuda putih,
hanya lelaki yang berusaha menegakkan punggung
meski bebannya kadang terlalu berat.
Bukan untuk gagah-gagahan,
tapi agar aku pantas
menyebut namamu dalam akad yang sah.
Jika semua pintu harus kutok satu per satu,
aku akan mengetuknya,
karena tidak ada malu
dalam cinta yang dijalani dengan tanggung jawab.
Aku mungkin tidak datang dengan kemewahan,
tapi aku datang dengan kehendak,
yang dibakar oleh doa,
dan disiram oleh kesungguhan hati.
Jika aku harus tertatih,
biarlah—
asalkan ujung langkahku
adalah kamu yang tersenyum
dengan tangan ayahmu merestui
dan tangan ibumu menghapus air mata haru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar