Aku duduk di tengah tawa,
tapi hatiku seperti ruang kosong yang tak diajak bicara.
Orang-orang berseru,
berbagi cerita,
sementara aku menyesap hening
di antara suara yang tak menyentuh jiwa.
Ada sunyi yang tak bisa dijelaskan,
seperti hujan yang jatuh di malam
tanpa ada jendela untuk melihatnya.
Aku merindukan sesuatu—
yang tak bisa dibeli,
tak bisa disentuh,
hanya bisa dirasakan
seperti pelukan yang tak pernah datang,
atau doa yang menggantung di langit sore.
Di tengah keramaian,
aku mencari Tuhan
bukan di speaker yang keras,
tapi di detak yang lirih
yang menuntunku pulang
ke dalam diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar