Selasa, 15 Juli 2025

Menyadap Embun dari Langit Wahyu

 


Aku bukan ulama,

hanya peziarah sunyi di padang tanya,

mengulurkan tangan ke langit

menyadap embun dari awan Al-Qur'an.


Setiap ayat—mata air jernih

yang memancar dari batu karang hati,

mengalir di relung fikir

membasuh debu dunia yang mengeringkan ruhku.


Al-Qur’an bukan menara gading,

ia adalah pelita yang menyusup

ke celah-celah gua nurani,

membakar gelap dengan cahaya yang tak pernah padam.


Kuterjemahkan nur itu

dengan bahasa luka dan cinta,

sebab setiap insan

punya kunci rahasia

untuk membuka jendela langit

dan menatap wajah Tuhannya

di balik tirai makna.


Aku bukan siapa-siapa,

namun di dalam sunyi malam

kutemukan detak kasih-Nya

bergetar di balik huruf-huruf yang kubaca,

seperti desir angin di padang pasir

yang membawa aroma surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem relatifitas waktu

 Cara kerja berfikir otak manusia dibagi dua yaitu cara berfikir cepat dan cara berfikir lambat " Ini saya dah pernah dipublikasikan ol...