Aku bukan ulama,
hanya peziarah sunyi di padang tanya,
mengulurkan tangan ke langit
menyadap embun dari awan Al-Qur'an.
Setiap ayat—mata air jernih
yang memancar dari batu karang hati,
mengalir di relung fikir
membasuh debu dunia yang mengeringkan ruhku.
Al-Qur’an bukan menara gading,
ia adalah pelita yang menyusup
ke celah-celah gua nurani,
membakar gelap dengan cahaya yang tak pernah padam.
Kuterjemahkan nur itu
dengan bahasa luka dan cinta,
sebab setiap insan
punya kunci rahasia
untuk membuka jendela langit
dan menatap wajah Tuhannya
di balik tirai makna.
Aku bukan siapa-siapa,
namun di dalam sunyi malam
kutemukan detak kasih-Nya
bergetar di balik huruf-huruf yang kubaca,
seperti desir angin di padang pasir
yang membawa aroma surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar