"
Kala malam datang,
rebah tubuhku—bantal rindu dan berselimut angin,
tidur dengan berjuta angan tentang dirimu,
yang tak jua singgah di pelataran mimpiku.
Langit kusemai dengan desah doa,
bintang-bintang jadi saksi:
aku menulis namamu di langit-langit sunyi
dengan tinta kesabaran yang nyaris kering.
Rinduku adalah kabut,
menyelimuti dada, menari di antara sepi,
kadang berubah jadi gerimis dalam dada
yang jatuh perlahan, namun tak pernah reda.
Waktu memelukku dengan dingin yang tak bernama,
dan bayangmu menari-nari seperti cahaya lilin
di ujung lorong hati yang belum padam.
Bila esok fajar datang,
akan kutambatkan harap pada mentari,
semoga langkahmu yang jauh
membaca sinyal rinduku dalam tiap cahaya pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar