Di antara simpang nadi dan denyut pikiran,
terdapat ruang hening —
tempat logika bersidang
dan hasrat mencoba membajak keputusan.
Pusat kendali utama,
tak terlihat, namun memutuskan segalanya.
Ketika akal sehat memegang palu sidang,
keputusan mengalir jernih —
menguntungkan diri,
menata struktur hidup yang harmoni.
Namun saat emosi menyusup
dalam sunyi tak terjaga,
ketuk palu pun meleset,
logika ditenggelamkan oleh arus rasa,
hingga keputusan yang diambil
menjadi bumerang bagi raga
dan jebakan bagi banyak jiwa.
Manusia — sang pengendali,
terkadang lupa pusat itu butuh keseimbangan:
antara nalar dan rasa,
antara hasrat dan etika.
Sebab satu keputusan yang non-logis,
meski tampak sepele,
bisa runtuhkan jembatan,
merusak sistem,
menghancurkan kepercayaan.
Maka jagalah pusat kendali utama:
berpikirlah sebelum memilih,
sebab logika tak hanya menyelamatkan diri,
tapi juga menjadi pagar bagi runtuhnya negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar