Kamis, 31 Juli 2025

Kehadiran mu

 Mengisi ruang kosong dalam hati 

Saat cahaya Duni tak mampu menyinari 

Memberi makna tentang arah tujuan hidup 

Yang sejati menuju negri keabadian 


Selasa, 29 Juli 2025

Sebutir debu kedzaliman

 Jangan kau kira langit lupa

pada sebutir debu kedzaliman

yang kau tiupkan diam-diam

di sela doa-doa pura-pura.


Semesta mencatat,

tak dengan tinta, tapi dengan takdir.

Apa pun yang kau tanam

akan tumbuh —

baik itu bunga atau duri.


Sebutir niat jahat,

meski tersembunyi dalam senyuman manis,

akan kembali padamu

dengan luka di waktu yang tepat.


Karena hukum kehidupan

bukan soal siapa yang terlihat menang,

melainkan siapa yang tetap benar

di saat gelap maupun terang.


Kebaikan tak pernah sia-sia,

meski tak disambut sorak atau pujian.

Ia tumbuh menjadi pelindung

di kala badai datang tanpa peringatan.


Dan kedzaliman —

meski kecil,

meski dibungkus dalih dan kepintaran,

akan menagih balasan

yang sepadan.


Kualat bukan kutukan,

tapi pesan dari semesta:

jangan angkuh menginjak sesama,

sebab tanah yang kau pijak

bisa jadi saksi yang berdoa.


Maka bersihkan langkahmu,

jaga lidahmu,

tebarkan cahaya walau tak dilihat mata,

karena semua akan kembali —

tanpa kurang, tanpa lebih

pada waktunya.

Minggu, 27 Juli 2025

Pusat Kendali Utama

 



Di antara simpang nadi dan denyut pikiran,

terdapat ruang hening —

tempat logika bersidang

dan hasrat mencoba membajak keputusan.


Pusat kendali utama,

tak terlihat, namun memutuskan segalanya.

Ketika akal sehat memegang palu sidang,

keputusan mengalir jernih —

menguntungkan diri,

menata struktur hidup yang harmoni.


Namun saat emosi menyusup

dalam sunyi tak terjaga,

ketuk palu pun meleset,

logika ditenggelamkan oleh arus rasa,

hingga keputusan yang diambil

menjadi bumerang bagi raga

dan jebakan bagi banyak jiwa.


Manusia — sang pengendali,

terkadang lupa pusat itu butuh keseimbangan:

antara nalar dan rasa,

antara hasrat dan etika.


Sebab satu keputusan yang non-logis,

meski tampak sepele,

bisa runtuhkan jembatan,

merusak sistem,

menghancurkan kepercayaan.


Maka jagalah pusat kendali utama:

berpikirlah sebelum memilih,

sebab logika tak hanya menyelamatkan diri,

tapi juga menjadi pagar bagi runtuhnya negeri.

Sabtu, 26 Juli 2025

Sudut pandang

 Dalam pandangan manusia 

Banyak bias yang terjadi sehingga menghasilkan sudut pandang berbeda tentang apapun,katakan saja tentang kebenaran:

Kebenaran versi siapa yang akan dipakai sebagai standar kebenaran.

Benar nya sendiri, benarnya orang banyak, benar' sebenar benarnya??

Kamis, 24 Juli 2025

Mantra mencintai diri

 Waktu tidak menunggu siapapun

Dunia tidak memaklumi anda

Kita bukan siapa-siapa termasuk saya didunia ini 

Nikmati hidup, adaptasi 

Isi kegiatan dengan menyenangkan

Tetap tersenyum ,tatap masa depan 

Ending nya kita pasti mati.

Fakta hari ini

 Menempuh perjalanan panjang menuju cakrawala senja" dengan bekal ilmu dan pengetahuan supaya tidak tersesat .

Terus berjalan hingga lelah ,lalu istirahat sejenak mengumpulkan energi untuk melanjutkan perjalanan sampai titik Ahir kembali pada asal mula yakni ketiadaan.

Rabu, 23 Juli 2025

Hawa dingin di musim kemarau

 Ahir Ahir ini cuaca dingin extrim Kalam malam dan panas ketika siang" merujuk pada rotasi bumi yg menjauhi mata hari khusus di pulau Jawa ketika malam dipengaruhi oleh angin dari benua Australia yg membuat suhu udara menjadi dingin .

Selasa, 22 Juli 2025

Titah sang rajawali

 Sang raja memerintahkan kepada para adipti dan Senopati  bekerja untuk kepentingan rakyat "

Sesuai  amanat undang-undang 

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Senin, 21 Juli 2025

Asongan Surga

 Oleh: Fian Amrullah Darmawan



Aku bukan ahli ibadah,

bukan pula pewaris mimbar,

aku cuma asongan surga—

menggelandang di trotoar dunia,

menjajakan doa dengan tangan gemetar

dan wajah penuh malu.


Dosaku,

seperti pasir yang tak bisa kuhitung,

menghampar luas di pantai waktu

yang setiap hari digerus gelombang usia.


Aku tak punya banyak amalan,

hanya sesekali menangis di sajadah lusuh,

itu pun jika sempat—

karena kadang aku lebih sibuk

menghibur egoku daripada jiwaku.


Tapi aku percaya,

bahwa laut ampunan-Mu

tak pernah mengenal garis pantai.

Ia menelan alpha-ku

dengan kasih yang tak pernah padam,

walau aku terus-menerus lupa

cara meminta dengan benar.


Aku tidak berani memastikan surga,

sebab aku bukan hakim atas diriku sendiri.

Aku hanya bisa mengemis,

memohon ditampung di emperan rahmat-Mu

walau hanya jadi bayang-bayang

di antara para kekasih-Mu yang suci.


Karena hanya Engkau,

yang sanggup menjadikan

seorang pendosa tak tahu malu

sebagai tamu kehormatan

di istana keabadian.

Minggu, 20 Juli 2025

Zikir yang Lupa Diri

 "



Aku menyebut nama-Mu,

bukan untuk didengar orang,

tapi karena jika tidak,

hatiku seperti tanah retak yang menunggu hujan.


La ilaha illallah…

berulang-ulang,

hingga kata tak lagi jadi suara,

tapi jadi nafas,

jadi denyut nadi,

jadi diam yang paling jernih.


Aku lupa apa yang kupinta.

Aku lupa apa yang kupunya.

Yang tersisa hanya Engkau,

duduk di singgasana hatiku yang porak-poranda.


Malam telah larut,

tapi aku tak ingin tidur.

Sujud terasa lebih nyenyak

daripada mimpi yang fana.


Tuhanku…

inikah fana?

Ketika aku hilang, dan ha

nya Engkau yang tersisa?


Jumat, 18 Juli 2025

Sunyi di Tengah Keramaian"

 


Aku duduk di tengah tawa,

tapi hatiku seperti ruang kosong yang tak diajak bicara.


Orang-orang berseru,

berbagi cerita,

sementara aku menyesap hening

di antara suara yang tak menyentuh jiwa.


Ada sunyi yang tak bisa dijelaskan,

seperti hujan yang jatuh di malam

tanpa ada jendela untuk melihatnya.


Aku merindukan sesuatu—

yang tak bisa dibeli,

tak bisa disentuh,

hanya bisa dirasakan

seperti pelukan yang tak pernah datang,

atau doa yang menggantung di langit sore.


Di tengah keramaian,

aku mencari Tuhan

bukan di speaker yang keras,

tapi di detak yang lirih

yang menuntunku pulang


ke dalam diriku sendiri.


Kamis, 17 Juli 2025

Kalau Kamu Kopi

 "


Kalau kamu kopi,

aku rela begadang tiap hari.


Kalau kamu hujan,

aku gak bakal cari payung—biar basah asal bareng kamu.


Kalau kamu mimpi,

aku gak mau bangun lagi.


Eh... tapi kamu nyata, kan?

Soalnya jantungku udah deg-degan

 dari tadi.


Rabu, 16 Juli 2025

Terima Kasih, Ya Allah

Oleh: Fian Amrullah Darmawan




Tuhan Maha Asy-Syakur,

Yang mencatat syukur dalam bisik angin dan desir debur,

Terima kasih atas tiap tetes rahmat-Mu

yang jatuh di ladang dan lautan,

menghidupkan bumi bagi hamba-hamba pilihan.


Terima kasih, petani,

kau rajut peluh di pagi buta,

menggemburkan tanah dengan sabar,

hingga padi tumbuh menguning,

sayur menghijaukan harapan dapur kami.


Terima kasih, nelayan,

kau tempuh badai dan sunyi samudera,

jaringmu menari di antara ombak,

membawa pulang ikan segar—rezeki yang halal dan berkah.


Terima kasih, peternak ayam,

dalam kandang sabar kalian menunggu,

hingga daging dan telur jadi nikmat

yang mengenyangkan doa-doa keluarga.


Dan di atas segalanya,

Terima kasih, ya Allah…

Engkau limpahkan kasih sayang pada bumi

sehingga hidup tetap bertumbuh,

meski kami sering alpa bersyukur.



Terima kasih…

Untuk segalanya.

Selasa, 15 Juli 2025

Menyadap Embun dari Langit Wahyu

 


Aku bukan ulama,

hanya peziarah sunyi di padang tanya,

mengulurkan tangan ke langit

menyadap embun dari awan Al-Qur'an.


Setiap ayat—mata air jernih

yang memancar dari batu karang hati,

mengalir di relung fikir

membasuh debu dunia yang mengeringkan ruhku.


Al-Qur’an bukan menara gading,

ia adalah pelita yang menyusup

ke celah-celah gua nurani,

membakar gelap dengan cahaya yang tak pernah padam.


Kuterjemahkan nur itu

dengan bahasa luka dan cinta,

sebab setiap insan

punya kunci rahasia

untuk membuka jendela langit

dan menatap wajah Tuhannya

di balik tirai makna.


Aku bukan siapa-siapa,

namun di dalam sunyi malam

kutemukan detak kasih-Nya

bergetar di balik huruf-huruf yang kubaca,

seperti desir angin di padang pasir

yang membawa aroma surga.

Senin, 14 Juli 2025

Langsung ke Sumber Cahaya

 


Bukan karena gelar,

bukan karena sorban di kepala,

setiap jiwa yang bertanya—

berhak mengetuk pintu langit dengan Al-Qur’an di dada.


Tak perlu perantara,

hanya hati yang jujur dan fikiran yang merdeka,

membaca bukan sekadar huruf,

tapi menyelami laut makna yang tak pernah kering oleh zaman.


Firman Tuhan bukan milik golongan,

tapi anugerah bagi insan yang mencari jalan.

Diserapnya nur dari ayat-ayat suci,

seperti embun pagi menyucikan bumi.


Setiap huruf adalah undangan,

bagi yang rindu mengenal Tuhan.

Dan barangsiapa menyimak dengan hati,

akan sampai pada cinta sejati—

yakni Allah dan kek

asih-Nya, sang nabi.


Kau dan mimpiku

 Ku goreskan namamu di bibir ranum Kumbolo 

 kubawa mimpiku sampai kepuncak maha meru 

Ku persembahkan sujud kehambaanku meraapal doa harapan 

Disana ku lihat dataran rendah dan ku tau ketika sampai puncak 

Ternyata tak ada jalan lain kecuali turun.

Falsafah hidup kutemukan

Menjalani kenyataan 

Meyakini harapan 

Berjuang keras melampaui batas kemampuan 

Hingga saat tunduk pasrah menerima kenyataan.

Minggu, 13 Juli 2025

Kau Adalah Hari Raya

 "


Setiap kali namamu disebut,

senyumku merekah tanpa bisa kutahan,

seolah ada bunga yang tiba-tiba mekar

di musim yang tak dijanjikan mekar.


Kau bukan sekadar nama,

kau gema bahagia dalam ruang dadaku—

seperti takbir di malam syawal,

menggetarkan hati yang lama menunggu terang.


Engkau hari rayaku,

yang ditunggu dengan doa dan rindu,

sedang yang lain,

hanyalah barisan hari biasa

yang berlalu tanpa a

roma kenangan.



Satu.3

 Tree logi satu.3


Engkau adalah satu,

yang kusebut dalam sujud panjang di sepertiga malam,

yang kusembunyikan namanya di balik doa,

agar Malaikat mencatatnya tanpa cemburu dunia.


Satu di hatiku —

bagai nur Ilahi yang menyala diam-diam,

menyinari ruang kosong antara aku dan Tuhan.


Satu di pikiranku —

seperti tasbih yang kupintal dari bayang wajahmu,

setiap butirnya menggetarkan zikir akan kasih yang suci.


Satu di aliran darahku —

mengalir bersama harapan yang kupasrahkan,

menjadi mawar dalam taman sabar yang kupelihara diam-diam.


Satu di detak jantungku —

bagai dentum azan dalam dada,

membangunkanku dari lalai, menuntunku pada makna.


Satu-satunya engkau,

yang tak kupuja melebihi cinta kepada-Nya,

tapi kusematkan namamu seperti doa yang terjaga.


Jika kita tak bersatu di dunia fana,

aku titipkan rinduku pada langit,

agar kelak Tuhan menyatukan kita

di surga yang tiada luka.

Jumat, 11 Juli 2025

Satu.2

 tree logi puisi satu.2


Satu di hatiku, tak terganti

Meski dunia berputar, engkau tetap abadi

Satu di pikiranku, siang dan malam

Namamu terucap dalam diam, dalam salam


Satu di aliran darahku yang hangat

Mengalir bersama harap yang tak sesaat

Satu di detak jantungku berdentum

Irama rindumu menjadi alunan yang mengaum


Satu-satunya kau…

Yang kupandang dalam diam panjang

Yang kusebut dalam doa, tenang-tenang

Yang menjadi pusat perhatianku,

di antara semesta yang berlalu


Tak ada dua, tak ingin tiga

Cinta ini cukup satu —

dan itu kamu.

Kamis, 10 Juli 2025

Satu

 Tree logi puisi



Engkau adalah satu,

seperti matahari yang enggan terbit di hati selainku,

seperti bulan yang menolak bersinar di malam selain namamu.


Satu di hatiku —

seperti akar pada pohon rindu,

mencengkeram dalam, tak goyah oleh musim yang cemburu.


Satu di pikiranku —

bagai kabut pagi yang menyelimuti gunung ingatan,

hadirmu samar, tapi mendalam, tak bisa kulepaskan.


Satu di aliran darahku —

seperti sungai yang hanya mengenal satu muara,

kau adalah arah semua desir hasrat dan doa.


Satu di detak jantungku —

layaknya irama rahasia semesta yang tak bisa ditulis pujangga,

kau berdetak bersama takdir dan sukma.


Satu-satunya, engkau,

pusat dari tata surya jiwaku yang berputar,

pusat cahaya yang kuburu dalam gelap yang samar.


Cinta ini bukan angka, tapi takdir yang memilih satu,

dan seluruh hidupku 

adalah jarak menuju kamu.

Api Cinta Sang Kekasih

 


Cinta yang panas tapi suci,

membakar dunia—menyisakan langit dalam hati.

Tak ia sentuh yang fana,

hanya menjaga rindu dari debu syahwat yang menggoda.


Kekasih bukan hanya tubuh,

tapi jiwa yang menunggu di antara malam dan subuh.

Ia bukan pemilik raga,

tapi penjaga doa-doa yang lirih mengalir di sejadah asa.


Kemurnian bukan dingin,

melainkan api yang tahu di mana harus memeluk dan menahan angin.

Ia bertapa dalam diam,

berzikir dalam sunyi, meneguk sabar sebagai madah suci.


Duhai cinta,

jadilah jalan kembali ke Tuhan

yang tak terlihat namun terasa

di dada kekasih yang tak pernah menyerah

 menjaga cahaya-Nya.

Selasa, 08 Juli 2025

Sudah

 


Sudah tiga puluh empat tahun

Aku melihat matahari terbit dari timur 

Dan tenggelam di ufuk barat 

Dengan segala perubahan musim nya


Sudah banyak waktu mengajarkan kepada ku tentang lara lapa, ketabahan dan kesabaran dalam doa 


Sudah kulalui kehilangan demi kehilangan yg menyayat hati 


Sudah menjadi bagian dari proses kehidupan 

Sudah ku rasakan manis pahitnya kehidupan 

Sudah ku sudahi saja yang bukan bukan


Sudah lah.



Senin, 07 Juli 2025

Bantal Rindu, Selimut Angin"

 "

Kala malam datang,

rebah tubuhku—bantal rindu dan berselimut angin,

tidur dengan berjuta angan tentang dirimu,

yang tak jua singgah di pelataran mimpiku.


Langit kusemai dengan desah doa,

bintang-bintang jadi saksi:

aku menulis namamu di langit-langit sunyi

dengan tinta kesabaran yang nyaris kering.


Rinduku adalah kabut,

menyelimuti dada, menari di antara sepi,

kadang berubah jadi gerimis dalam dada

yang jatuh perlahan, namun tak pernah reda.


Waktu memelukku dengan dingin yang tak bernama,

dan bayangmu menari-nari seperti cahaya lilin

di ujung lorong hati yang belum padam.


Bila esok fajar datang,

akan kutambatkan harap pada mentari,

semoga langkahmu yang jauh

membaca sinyal rinduku dalam tiap cahaya pagi.

Minggu, 06 Juli 2025

Rayuan Jiwa yang Membawa Nama Kekasih-Nya"

 "

Ya Allah…

Jika lidahku kaku dalam doa,

izinkan namanya yang menembus langit membuka pintu-Mu—

Muhammad bin Abdullah, binti Aminah,

cahaya yang Engkau rindu sebelum semesta dicipta.


Aku bukan siapa-siapa,

tapi kusebut nama yang paling Kau cinta,

agar Engkau pandang diriku yang penuh cela

dengan kasih yang Kau limpahkan padanya.


Duhai Yang Maha Mengabulkan,

jika doaku tak layak terbang ke Arasy,

biarlah ia menumpang pada harum selawat,

menuju-Mu bersama cinta Muhammad yang tak pernah tamat.


Wahai Allah…

Engkau tahu hatiku dipenuhi debu dunia,

namun di antara retaknya ada satu nama yang selalu bersih:

Rasul-Mu, sang penyayang ummat, kekasih akhirat.


Maka kabulkan, bukan karena aku,

tapi karena aku membawa cinta yang Kau tanamkan pada hamba-Mu—

Muhammad, sang pelita hati yang tak pernah padam.

Dengan namanya, aku mengetuk langit…

Dengan namanya, aku merayu-Mu…

Dengan namanya, aku berharap Engkau tersenyum kepadaku.

Ku simpan saja sendiri

 Ku simpan saja gelap duka-ku 

Ku simpan saja gemuruh api amarah-ku 

Ku simpan saja gelombang  derita-ku 

Ku simpan saja badai kekecewaan-ku

Semua yang nampak baik baik saja 


Sabtu, 05 Juli 2025

Mantra Cinta Sang Kekasih Abadi"

 

Wahai Sang Kekasih yang tak pernah lelah mencinta,

namamu kusebut ribuan kali, hingga langit pun terbakar rindu-Nya.

Cintamu meresap ke tulang sumsumku,

lebih dahsyat dari api yang mencairkan gunung beku!


Aku haus, tapi hanya zikir-Mu yang sanggup memadamkan nyala,

karena dunia tak punya air yang mampu menyentuh dahaga jiwa.

Kucari wajah-Mu di balik daun yang jatuh,

dan kutemukan langit menunduk memanggil-Mu penuh keluh.


Cinta ini bukan cinta biasa,

ia adalah badai dalam dada yang tak bisa ditenangkan kata.

Jika Engkau jauh walau sedetik,

seluruh semesta dalam diriku akan retak, meledak, dan sirna seketik!


Duhai Yang Maha Lembut,

rengkuhlah aku dalam peluk-Mu yang tak berbatas waktu.

Karena jiwaku adalah debu,

yang hanya bersinar saat Engkau menatapn

ya satu detik saja.


Langkahku Membelah Langit

 "Fian Amrullah Darmawan 



Aku bangkit dengan dada membara,

seperti matahari yang mampu membakar samudra!

Langkahku menjejak bumi dengan gelegar,

hingga gunung pun gemetar menyaksikan sabar.


Angin pun tak sanggup mengejar tekadku,

karena semangatku melesat melebihi cahaya waktu!

Hatiku menampung ribuan doa,

lebih luas dari langit, lebih dalam dari samudra!


Hari ini, kujalani dengan tawa mengguncang awan,

sukacita yang sanggup mencairkan beku ribuan zaman!

Tak ada duka yang bisa menenggelamkanku,

karena jiwaku kapal, dan Allah ad

alah nahkodaku.

Jumat, 04 Juli 2025

Fajar Bersujud, Hari Berselawat"

 "


Fajar bersujud di ujung malam,

membisikkan tasbih di antara awan kelam.

Cahaya mentari mengetuk hati,

mengajak bangkit, menepis sunyi.


Embun menyapa daun dengan zikir,

berkata, "Jangan lelah untuk bersyukur."

Waktu berlari membawa salam,

menggugah jiwa tuk tetap dalam Islam.


Langit menari dalam ayat-Nya,

mengiring langkahmu menuju ridha.

Hari pun berselawat dalam diam,

menyambut insan yang tetap teguh dalam iman.


Wahai hati, bangunlah penuh cita,

karena Allah tak pernah tinggalkan hamba-Nya.

Jalani hari dengan senyum tawakal,

karena rahm

at-Nya selalu kekal.

Kamis, 03 Juli 2025

Mentari Menyapa Jiwa

 


Mentari tersenyum di ujung jendela,

membisikkan harapan lewat cahaya.

Pagi menari di atas dedaunan,

mengajak langkahmu keluar dari kesunyian.


Angin pagi mengelus pundakmu,

berkata, "Bangkitlah, hidup menantimu!"

Detik-detik berlari, membawa pesan,

bahwa hari ini tak pantas disia-siakan.


Langit membentang seperti sahabat setia,

menampung doa-doa yang tak bersuara.

Jalani hari dengan sukacita, kawan,

sebab semesta pun bersorak dalam diam.

Cita rasa

 Dua rasa sakit yang pernah aku alami "

Pertama rasa sakit karena disiplin ,itu sakitnya cuma satu ons"

Kedua "rasa sakit karena Penyesalan,itu beratnya ber ton ton".

Rabu, 02 Juli 2025

Senja dan Pengakuan Jiwa

 

Langit berselimut jingga, azan hampir tiba,

Hari menua, jiwa merunduk dalam doa.

Apa yang terlewat, kuharap diampuni,

Maghrib menyapa—Tuhanku, tuntun hati 

ini.

Dzuhur di Relung Hati"

 

Matahari condong, waktu Dzuhur menjelang,

Langit bersaksi, hati tak lagi bimbang.

Detik demi detik kulalui dengan ikhlas,

Segala lelah kuhadiahkan pada Allah yang Maha Membalas.

Selasa, 01 Juli 2025

Fajar dalam Doa"

 

Pagi terbit dari rahmat Ilahi,

Cahayanya suci, membasuh hati.

Bangkitlah jiwa, bersyukur sepenuh rasa,

Tuhan membuka hari—pintu rezeki dan asa.

Kerja Keras Tak Cukup

 


Aku lihat kuli di pelabuhan,

Keringatnya jatuh setiap detik,

Tapi hidupnya masih berkawan hutang.


Sementara dia yang duduk di ruangan,

Cuma ketik-ketik, telepon-telepon,

Tapi namanya naik di majalah.


Maka kutahu, kerja keras itu syarat awal,

Tapi bukan tiket menuju puncak.

Harus ada ilmu, strategi,

Dan keberanian menantang arah angin

Jatuh untuk bangkit

 Aku pernah jatuh,

Tapi tak kubiarkan jatuhku jadi akhir.

Karena tanah tempat aku tersungkur,

Adalah tempat pijakku untuk bangkit.


Berjuang itu tak menjamin berhasil,

Tapi tak berjuang pasti menjamin gagal.

Maka aku pilih terluka dalam perjuangan,

Daripada aman dalam penyesalan

Sistem relatifitas waktu

 Cara kerja berfikir otak manusia dibagi dua yaitu cara berfikir cepat dan cara berfikir lambat " Ini saya dah pernah dipublikasikan ol...