Jumat, 25 April 2025

Republik rasa kerajaan

 Negeri Konoha dan Raja Sulaiman

Karya: Fian Amrullah Darmawan


Di balik daun-daun gugur Konoha,

terdengar bisik resah dari rakyat jelata.

Pemimpin berganti, topeng pun berbeda,

namun rakus dan tipu tetap bertahta.


Hokage-hokage pernah berjasa,

tapi bayang kelabu tak juga sirna.

Perang usai, tapi batin tetap luka,

karena kebijaksanaan hilang dari singgasananya.


Andai Sulaiman singgah di sini,

dengan singgasana yang tunduk pada langit dan bumi.

Ia tak akan menukar damai dengan ambisi,

atau menggadai nurani demi ilusi.


Ia tak memerintah, tapi mendengar semesta,

burung, jin, angin—semua bersuara.

Tak ada bisikan jahat di balik istana,

karena hikmah menjadi mahkota.


Konoha butuh lebih dari sekadar kuat,

ia butuh jiwa yang jernih dan hangat.

Bukan sekadar ninja dengan jurus hebat,

tapi pemimpin yang tahu, keadilan itu rahmat

Negeri Konoha kini bertabur menara,dibangun tinggi dengan utang luar biasa.Katanya demi rakyat jelata,nyatanya yang panen hanya kongsi dan kasta.

Obligasi ditulis seperti mantra,membius pikiran agar tampak mulia.Padahal rakyat tercekik perlahan,harga naik, kerja tetap murahan.

Konoha bukan kekurangan ninja,tapi kehilangan arah dan makna.Kebijakan bagai shuriken dilempar buta,meleset dari hati nurani bangsa.

Andai ada Sulaiman yang datang bertandang,membaca kebijakan dengan mata terang.Ia pasti bertanya pada angin dan burung:"Apakah keadilan masih punya ruang di kampungmu?"

Sulaiman tak butuh pidato berbunga,tak perlu janji kosong di panggung pesta.Ia hanya menunduk, berdoa sederhana:"Ya Tuhan, anugerahkan aku kekuasaan yang Kau ridhoi saja."

Sementara di Konoha, rapat digelar,penuh bahasa licin, penuh debat tak sadar.Keadilan dipereteli seperti daun kering,rakyat disuruh sabar, sambil dikebiri mimpi-mimpinya sendiri.

Angin berbisik kepada awan,"Apakah negeri ini masih punya harapan?"Awan menjawab lirih dengan hujan,"Selama masih ada yang berdoa dalam kesunyian."

Mungkin, di tengah reruntuhan dan rerintihan,akan lahir satu jiwa yang setia menjaga iman.Seperti benih kecil di ladang tandus,mengakar diam-diam, menunggu musim kudus.

Karena Konoha — atau negeri ini —bukan soal siapa yang berkuasa kini.Tapi tentang siapa yang menyalakan lentera,saat gelap menelan semua yang percaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem relatifitas waktu

 Cara kerja berfikir otak manusia dibagi dua yaitu cara berfikir cepat dan cara berfikir lambat " Ini saya dah pernah dipublikasikan ol...