Lautan Doa di Padang Sunyi
Oleh: Fian Amrullah Darmawan
Dalam kesunyian panjang, aku mendengar bisik-Nya,
seperti desir angin yang lembut menelusuri padang gersang.
Bukan suara yang memekakkan telinga,
melainkan panggilan lembut yang menembus dasar jiwa.
Di saat hati kering dan rapuh,
Ketika harapan retak seperti tanah tandus,
Ia datang —
bukan dalam petir atau badai,
tetapi dalam setetes doa yang jatuh dari langit.
"Wahai jiwa yang gelisah," kata-Nya,
"Kembali, sebab Aku lebih dekat dari urat lehermu."
Maka kutengadahkan tangan dalam kehampaan,
membiarkan kata-kata hening menjadi rakit kecil
yang mengarungi lautan rahmat-Nya.
Bukan tentang seberapa fasih lidah berdoa,
tetapi seberapa dalam hati berserah.
Di sanalah,
di antara reruntuhan asa,
aku menemukan oase:
bukan dari dunia,
tapi dari-Nya—
yang tak pernah kering,
tak pernah jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar