Waktu, katanya, adil dan netral,
detik berdetak dalam irama yang sama.
Namun mengapa lima menit bersamamu
terasa hanya sekejap senyum semesta?
Aku duduk bersamamu,
bicara tentang hujan, tentang langit, tentang hal remeh yang jadi penting—
dan tiba-tiba satu jam terlewati
seolah baru kubuka percakapan ini.
Lalu, aku duduk dengan dia
yang setiap katanya seperti membentur dinding kosong di kepala,
dan lima menit itu…
oh Tuhan, seperti menua dalam diam yang dipaksakan.
Relatif, katanya Einstein,
dan ternyata bukan cuma cahaya dan gravitasi
yang bisa melengkungkan waktu,
tapi juga rasa, suka, dan benci.
Waktu bukan jam dinding,
tapi getaran di dada yang menilai lama dan sebentar.
Bersamamu, aku mengalahkan jam pasir,
tapi tanpamu, satu detik pun serupa siksa yang menjalar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar